Mungkin artikel ini sudah sangat basi karena menyeruak pada pertengahan mei lalu. Namun saya yang termasuk ketinggalan beritanya berharap menemukan jawabannya dari sini.
Asian Development Bank atau Bank Pembangunan Asia menyebutkan bahwa lonjakan sepeda motor rugikan ekonomi.
Wakil presiden ADB dalam seminar di Nusa Dua, Bali Mei kemarin mengatakan:
“Derasnya arus urbanisasi dan lonjakan sepeda motor telah berdampak merugikan bagi ekonomi di kota-kota besar di Asia Pasifik,”. (kira2 dilihat dari perspektif sebelah mana?)
Kira-kira menurut bro-bro sekalian kenapa bisa seperti itu, padahal yang kita tahu naiknya industry R2 mampu mendorong laju perekonomian suatu Negara mestinya, berkembangnya Industri R2 paling tidak mampu menyerap sumber daya manusia yang tersedia. Namun hal itu bertolak belakang dengan pernyataan ADB diatas. Kira-kira hal apa yang melandasi ADB berpendapat seperti itu.
Bahkan dalam beberapa pertemuan, Schaefer menekankan kenaikan jumlah sepeda motor telah menurunkan minat orang memakai transportasi publik di banyak kota. “Orang miskin paling menderita akibat minimnya transportasi publik,” kata dia. “Mereka menghadapi risiko polusi dan kecelakaan.” Kalu dari sisi ini sih mungkin saja, namun mari kita lihat sudahkan alat transportasi di Negara kita ini memadai. Paling tidak dari sisi kenyamanan, keamanan dan ketersediannya.
Mungkin bagi kota2 besar dinegara yang sudah maju selain Jakarta hal ini bisa saja diberlakukan namun, sungguh perjalanan yang tidak sebentar untuk menata ulang kota Jakarta dan bahkan kota-kota lain di Indonesia, selain waktu biaya juga diperlukan pemikiran yang super rumit untuk menata ulang sebuah kota yang memang sudah seperti benang kusut.
Apalagi sekarang orang beranggapan R2 adalah sebuah kebutuhan pokok yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Atau taruhlah mari kita tengok beberapa alasan yang muncul kepermukaan sejalan dengan dipilihnya R2 sebagai sarana transportasi rakyat. Paling sedikit ada tiga alasan, pertama lebih cepat dan praktis karena tidak harus menunggu berjam-jam bahkan klo ada agkot yang suka ngetem ber menit-menit, ada aja alasannya kita bilang ngejar waktu eh pak sopirnya juga punya jawaban yang logis ngejar juga Cuma ngejar setoran., kedua murah, bayangin perjalanan dari kostan ke tempat kerja klo naik angkot bisa 2-3 kali dari harga BBM yang digunakan pada sepeda motor., yang ketiga aman dan nyaman, untuk nyaman mungkin perbandingannya kita tidak perlu beresak-desakkan dengan ribuan orang yang juga dengan ribuan bau ketek penuh dengan keringat yang udah seminggu gak kesentuh air akibat PAM dikostan macet, masalah aman mungkin relative, tapi saya jarang mendengar ada orang naik motor kecopetan.
(Paling tidak itulah penggalan berita yang saya dapatkan dari vivanews.com)
Jadi kira-kira bagian yang manakah yang dianggap merugikan perekonomian. Saya yang sama sekali buta akan ilmu ekonomi bener-bener dibuat pusing oleh pernyataan ADB tersebut diatas.
Lha mungkin bro2 sekalian yang ilmunya lebih dari aku mau share, berbagi pengetahuan siapa tahu bermanfaat juga bagi yang lain. Silahkan….
10 komentar
Comments feed for this article
05/11/2009 pada 2:52 am
A Seen
kali itu seninya ilmu ekonomi bro, kayak seninya ilmu menanam bonsai aja
05/11/2009 pada 3:04 am
mario_devan
rebut podium dulu ah….
artikel-nya terlalu berat mls mikir…
tak lanjutin berburu celengan wae hhihihi
05/11/2009 pada 4:01 am
1001nickname YaKemalJuga
@ Seen… yah gimana lha ndak beda jauh lho mas sama2 dikerdilkan….
@ Mario … Nitip mar loro sing ijik anget…
05/11/2009 pada 5:41 am
madix
ahhh…. teori!
jangan percaya sama kaum kapitalis kayak gitu!
mereka punya bengkel mobil dan karoseri angkutan massal, cuma bisa mempersalahkan pengguna R2.
toh di Indonesia angkot dan bus pun jumlahnya bertolak belakang dari apa yang mereka katakan, malah bejubel jumlahnya (apalagi depok). so, kalo orang2 yang kurang mampu, tinggal pilih angkot aja khan?
sayang mereka cuma mampir di Bali, bukan depok. ahahahay….
05/11/2009 pada 6:42 am
A Seen
Ya udah, punya r2 dua buah kan sudah r4 to, tinggal gitu ngiming sama mas kapitalis, piye kalu gitu mas Nick sewu1
05/11/2009 pada 6:56 am
A Seen
@ Mario Devan
Kira kira apa Mas Mario Demen Vanta, asal jangan kaya jombloyati aja demen vanta belakangan kasih t
kakaka, maaaaaaaaaaaf bukan bermasud ngejek cuman ingin kenal aza
05/11/2009 pada 7:57 am
1001nickname YaKemalJuga
nah sekarang gimana kalo dilihat dari perspektif nama, monggo di runut….
05/11/2009 pada 5:32 pm
hmmz
bumi wes reyot sampun sekarat..drpd masalah kota dgn R2 nya aq lbh kawatir sm kondisi bumi yg mkn lama mkn rusak krn ulah manusia..eww
06/11/2009 pada 2:12 am
A Seen
R2 dikenal dengan istilah mongtor sementara r4 mobil. Sesuatu yang di akhiri or biasanya mengindikasikan kesibukan atau rutinitas,contoh:
Kantor : sibuk kerjaan
traktor : sibuk bajak sawah atau ngaspal jalan
Koruptor : Sibuk korupsi
Negosiato : sibuk nego
kapasitor ; sibuk nyalain tv radio dll
generator ; sibuk muterrrrrrrrrrrr terus
mongtor : sibuk wara-wiri, na lho bener kan motor buat wara wiri (R2)
sementara sesuatu yang diakhiri il biasanya punya 2 sifat sekaligus, kadang menyenangkan kadang menyebalkan contoh:
pil : menyenangkan karena bikin sembuk sekaligus nyebeliin karana rasanya selalu pahit
wil : nyenengin suami, nyebelin bagi istri
ngupil :mengasyikkan bagi pelaku, jijai arang sekitar
kutil : menyenagkan bagi sokter ada order, membuat penderita merana malu.
Mobil : menyenangkan bagi yang punya, nyebelin menuhin jalan dan nganggu motor.
pada alhirnya pilih mana monggo dicermati sendiri + – es nya
06/11/2009 pada 2:22 am
mario_devan
@aseen
salam kenal bro..
bro asen emang ahli bahasa ya–
oh iya saya tuh orang baik2 ga seperti buk de jomblo hehehe